Jumat, 03 Februari 2017

Bertani Kopi, Usaha Sampingan Pegawai Negeri di Gayo, Aceh

Masyarakat Gayo adalah salah satu suku di provinsi Aceh yang tersebar di tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Sebagian besar mata pencaharian mereka adalah petani, terutama petani kopi. Bidang ini telah dilakoni masyarakat tersebut secara turun temurun sejak zaman Belanda. Dapat dipastikan bahwa hampir setiap penduduk asli di daerah ini mempunyai kebun kopi sendiri, tak terkecuali pegawai negeri. Kebun ini ada yang didapatkan dari warisan orang tua, membeli, atau menanam sendiri dengan cara membuka hutan.

Bertani kopi bagi pegawai negeri di daerah Gayo merupakan usaha sampingan yang cukup membantu, walau mungkin tidak terlalu besar, sumber penghasilan tahunan ini dapat menjadi tambahan pendapatan. Karena satu hektar tanaman kopi dapat menghasilkan 500 kg s/d 1 ton biji kopi kering per tahun, hasil ini dapat ditingkatkan lagi, tergantung perawatan dan pemupukan tanaman. Para pegawai ini biasanya memanfaatkan hari libur untuk berkebun, jarang mereka terlihat berada di rumah pada hari Sabtu atau Minggu, jadi kalau kita akan bertamu ke rumah  mereka pada hari tersebut, hendaklah datang pada sore hari setelah mereka pulang atau pada pagi hari sebelum mereka berangkat.

Bagi pegawai di daerah ini, memiliki kebun kopi sendiri seperti sudah semacam keharusan, sering terdengar mereka mengajukan kredit ke bank untuk membeli tanah kebun dengan jaminan SK, karena mereka menganggap kebun kopi adalah asset yang kelak bisa diwariskan kepada anak cucu dan merupakan salah satu sumber penghasilan alternatif. Disela-sela kopi sebagai tanaman utama, dapat juga ditanam tanaman lain yang berumur pendek, biasanya disini sering ditanam tanaman jenis cabe rawit yang bisa dipanen setiap dua minggu sekali. Sehingga pada saat paceklik antara bulan Mei s/d bulan September, kebun akan tetap menghasilkan.

Kebanyakan kopi yang dibudidayakan disini adalah jenis kopi arabika, karena konon kopi arabika dari dataran tinggi gayo adalah salah satu kopi terbaik di dunia. Dengan ketinggian antara 1200-1700 m, kopi varietas arabika tumbuh subur di tempat ini, hal ini membuat daerah gayo menjadi perkebunan dan produsen kopi arabika terbesar di Indonesia.

Dengan alat-alat pertanian yang ada sekarang, tidak sulit bagi pegawai yang rajin bertani untuk merawat kebun mereka. Ketika kebun bersemak mereka bisa memakai mesin pemotong rumput atau menyemprotnya dengan herbisida pembasmi rumput, memanen biasanya dilakukan oleh para pemetik kopi dengan upah yang dihitung berdasarkan hasil petikan mereka. Sedang perawatan-perawatan lain yang membutuhkan waktu dan tenaga banyak, diupahkan kepada orang lain mengerjakannya untuk beberapa hari. Tak jarang kebun kopi milik pegawai negeri lebih terawat daripada kebun kopi milik petani yang asli, bahkan ada juga pegawai yang mendapatkan penghasilan lebih tinggi dari kebun kopi ketimbang dari gaji mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar